“Akhawaaaat?”, jerit kem kom.
“Istiqomah!”, bergema dewan.
“Muslihaaah?”, lagi sekali kem kom melaungkan kata.
“Thabat!”, balas semua akhawat tanda bersedia untuk melalui satu wasilah tarbiah bagi menghidupkan kembali jiwa yang mungkin merindukan sentuhan perjuangan di lapangan.
- - - - - - - - - - - - - - -
Segalanya bermula pada 14 September 2025, ketika sebuah kumpulan WhatsApp dinamakan MUSLIHAH ditubuhkan. Beberapa hari kemudian, pada 20 September, lahirlah kumpulan Thurayya — bintang yang bersinar.
Mukhayyam kali ini membawa tema:
“Istiqamah Membina Diri, Tsabat Mengislah Masyarakat.”
Tema yang bukan sekadar slogan — tetapi azam yang ingin diterjemah melalui setiap langkah menjadi «Akhawat Muslihah».
- - - - - - - - - - - - - - -
Langkah Pertama: Menyegarkan Jiwa
Tirai mukhayyam dibuka dengan satu pengisian bertajuk:
“Maratibul Amal & Aplikasi Dalam Kehidupan Da’ie” oleh Ustaz Zulfikar, sebagai bekalan untuk perjalanan 2 hari 1 malam. Penyampaian yang bersahaja, namun cukup untuk dijadikan ubat setelah sekian lama iman dan amal lesu dan tenat.
“Ummahat, baru melahirkan, 40 hari, tetapi bisa menghadiri halaqah.”
Kata-kata ini mengetuk jiwa, bahawa perjuangan dakwah tidak pernah berhenti, walau dalam apa keadaan sekalipun.
- - - - - - - - - - - - - - -
Pagi Yang Penuh Makna.
11 Oktober, jam 9 pagi, kami bergerak ke Check Point Pertama: Masjid IKBN.
Di sana, kami menunaikan solat dhuha secara fardi, kemudian bertadabbur Surah Al-Mukminun ayat 1–10.
Kami menyelami ayat-ayat tentang ciri-ciri mukmin yang berjaya. Dari solat, zakat, hingga menahan diri dari perkara sia-sia — semuanya adalah senarai semak harian buat diri.
“Bukankah kita ingin menjadi pewaris yang menghuni syurga firdaus?”
Setiap butir ayat terasa hidup, meningkatkan kita bahawa kejayaan sebenar bukan pada dunia yang diraih, tetapi pada istiqamah dalam amal.
- - - - - - - - - - - - - - -
Check Point Kedua: Sambal Petai & Ukhuwwah
Makan tengah hari mungkin tampak seperti rutin biasa, tapi bagi kami, di Check Point Kedua, ia penuh ibrah.
Menu wajib — sambal petai!
Tambah pula masak lemak labu kuning air tangan Makcik Ija dan brownies manis daripada Ukhti Tasneem. Sempurna! Tak lupa makanan yang disukai semua ahli kumpulan. Ya, nasi putih!
Namun, bukan sekadar perut yang diisi. Kami belajar tentang:
» Rezeki: nak dijadikan cerita, kumpulan kami didatangi tetamu, "Si Oyen".
1. Berkongsi rezeki dengan semua makhluk Allah.
2. Berkongsi sambal petai dengan kumpulan lain, terima kasih bantu kami, habiskan petai.
3. Rezeki Thurayya, semua lauk habis. Telur dijadikan hidangan penutup "Si Oyen" selepas tulang ayam terlekat dicelah gigi. “Kucing tua agaknya,” kata Ukhty Asma'.
» Tafahum & Toleransi:
1. Saling memahami, makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan oleh ahli kumpulan.
2. Toleransi - walaupun makan tengah hari agak awal, tapi dalam kumpulan kami, ada 3 mommies yang masih menyusu, tapi sebenarnya semua tengah lapar...
» Kerjasama! Semua saling kerjasama bawa hidangan.
Rupanya, simbol makan petai, membawa buah berwarna kuning dan satu menu yang disukai semua bukan sekadar suka-suka. Ia tanda » ketaatan dan musyawarah — satu latihan kecil untuk memahami erti kerjasama dalam dakwah.
“Nampak simple, tapi antara checkpoint penting yang banyak pengajaran boleh diaplikasikan dalam kehidupan, terutama sebagai seorang ‘akhawat’.”
- - - - - - - - - - - - - - -
Akar Umbi Dakwah
Sesi temubual dan aktiviti dakwah akar umbi, membuka mata kami bahawa kerja Islam tidak akan hidup tanpa turun ke lapangan, mendengar denyut nadi masyarakat, dan menyentuh hati dengan akhlak sebelum berkata-kata.
- - - - - - - - - - - - - - -
Ya ayyuhal Muzzammil!
Tadabbur Surah Al-Muzzammil dibimbing oleh Ukhti Atiqah.
“Wahai orang yang berselimut…”
Ayat itu terasa seperti panggilan lembut tapi menyentak.
Kami belajar, bahawa panggilan Allah itu sesuai dengan keadaan kita.
Kadang kita lesu, kadang kita bersembunyi — tapi Allah tetap memanggil kita untuk bangkit.
Dari الليل (malam) yang menenangkan, hingga تبتيلا (sepenuh hati) dalam beribadah, setiap ayat seakan menuntun kami untuk terus bertahan, tsabat dan tumbuh.
“Kerana tumbuh itu mengambil masa. Tapi ia tetap tumbuh — selagi kita bersama Allah.”
Ayat 10 menutup malam dengan satu kalimah yang kuat: وَاصْبِرْ — Bersabarlah!
Dan kami tahu, perjalanan ini masih panjang.
- - - - - - - - - - - - - - -
Subuh: Seruan Untuk Bangkit
12 Oktober, jam 4.30 pagi.
“Ya ayyuhal muzzammil!” — seruan qiamulail itu membangunkan bukan sekadar tubuh, tapi jiwa. (Dah dapat kena lah berazam untuk amalkan. Cuba, kita cuba ok?)
Kami menyambung dengan Daurah Istiqamah & Tsabat yang dibimbing oleh Muallimah Rosmawati.
Melalui kisah sahabat seperti Abu Ayyub Al-Ansori, Mus’ab bin Umair, dan Abu Ubaidah Al-Jarrah, kami sedar:
thabat bukan bermaksud tidak pernah goyah, tetapi tetap kembali walau pernah jatuh.
Kisah mereka bukan hanya sejarah, ia adalah cerminan, agar tetap terarah, untuk dijadikan panduan.
- - - - - - - - - - - - - - -
Resolusi: Dari Hati ke Aksi
Daripada setiap tazkirah, tadabbur dan setiap keping gambar, lahirlah resolusi mukhayyam.
1. Mewujudkan sistem sokongan efektif:
Melalui pairing atau buddy checker dalam mutabaah dan wasilah tarbiah.
Kerana istiqamah itu mudah pudar bila sendiri.
2. Menjadualkan projek ukhuwah berkala:
Sama ada dalam bentuk program, usrah atau aktiviti zon — supaya hati-hati ini terus bersambung.
3. Melaksanakan islah masyarakat:
Dengan da3wah fardiyah (DF) sekurang-kurangnya kepada seorang rabtul 3am (RA) setiap tahun dan dibincangkan dalam usrah.
Satu langkah kecil, tapi besar maknanya untuk masyarakat.
- - - - - - - - - - - - - - -
Penutup: Langkah Yang Diteruskan
Mukhayyam ini bukan noktah, tapi koma dalam ayat panjang perjuangan.
Di Impian Rimba, bukan sekadar berkumpul terjun sungai, tapi membina semula makna ukhuwah, ketaatan, dan perjuangan.
Dan semoga, apabila langkah ini kembali ke medan masing-masing, kita terus menjadi Thurayya di langit dakwah - terus bersinar, bukan kerana ramai, tetapi kerana setia.